Duit lagi duit lagi. Apa-apa perlu duit. Ya iyalah
hari gini gitu loh. Tapi sepakat ya bahwa semua perlu duit tapi bukan berarti
semuanya demi duit. Itu dua hal yang sama sekali beda. Duit itu alat untuk
mencapai tujuan, bukan sebuah tujuan. Kalau kita menjadikan duit sebagai
tujuan, wah wah itu namanya kita udah diperbudak duit.
Berikut adalah tips supaya kita menjadi tuan atas duit
kita sendiri :
1.
Tau tujuan keuangan
Tujuan lo
apa? Itu kalimat sakti yang sering dilontarin perencana keuangan indepen kita
yang cukup popular, siapa lagi kalau bukan Ligwina Hananto. What, belum pernah denger? Wah wah…
ternyata lo gak gaul hihihi.
Yup, tujuan
lo apa? Semua manusia kudu tau tujuan hidupnya masing-masing kan. Kalo lo udah
tau tujuan hidup lo, akan sangat mudah buat lo mencari jalan terdekat untuk
mencapai tujuan itu, dengan demikian lo akan semakin cepat meraih tujuan lo.
Sederhananya misal lo pengen jalan-jalan. Kalo lo gak tau tujuan mau kemana, lo
pasti cuma muter-muter gak jelas gitu, ya udah jalan aja, ngabisin bensin dan duit
pastinya. Ujung-ujungnya lo jadi bête plus uring-uringan.
Kalo lo udah jelas
punya tujuan apa, lo pasti bakal lebih hepi dan lebih semangat lagi buat
nabung/investasi. Tujuan keuangan ini misalnya untuk nikah, liburan, naik haji,
beli mobil, beli apartemen, beli rumah, buat dana pension, buat dana pendidikan
anak, buat modal bisnis, dsb… suka-suka lo deh !
2.
Punya prioritas
Pepatah
mengatakan jangan sampai lebih besar pasak daripada tiang. Manusiawi kalau kita
punya banyak keinginan (baca : tujuan keuangan) tapi kita kudu sadar seberapa
besar kemampuan kita (punya duitnya)?
Pikirin
“Needs vs Wants”. Diperlukan kebijakan dan kedewasaan dalam menyaring semua
keinginan tersebut. Itulah akhirnya kita mengenal kebutuhan primer, sekunder,
dan tersier yang selanjutnya bisa dijadikan patokan prioritas kita.
Inti dari
semua ini adalah jangan sampe lo terbelit hutang gara-gara gak bisa ngatur
prioritas kebutuhan hidup lo !
3.
Punya perencanaan keuangan
Kalo lo udah tau
tujuan lo, pikirin jalan untuk mencapainya. Caranya? Kudu punya perencanaan
keuangan.
Dalam memuat
rencana keuangan ini ada beberapa info yang diperlukan sbb :
1). Kemampuan
investasi.
Ini bisa dilihat dari cashflow bulanan dan tahunan yang lo miliki.
Kalo hasilnya masih minus, artinya keuangan lo masih “lebih besar pasak
daripada tiang.” Investasi baru bisa dimulai kalo cashflow lo udah sehat.
Ibaratnya lomba lari, kalau lo lagi ngalami cidera otot misalnya pasti lo akan
kesulitan lari atau malah cidera tambah parah sehingga lo malah gak bisa lari
lagi. Makanya lo kudu rawat cidera itu supaya lo bisa kembali lari lagi dengan
baik.
2). Kapan jangka
waktu tujuan keuangan tersebut ingin dicapai (jangka pendek, menengah, panjang).
Tujuannya untuk menentukan asumsi target
return yang ingin dicapai dan melihat likuiditas produk investasi. Semakin
pendek jangka waktu pemakaiannya maka sebaiknya pilih produk investasi yang
likuiditasnya tinggi (mudah dicairkan setiap saat).
3). Biaya yang
diperlukan saat ini dengan asumsi inflasi tertentu.
Lo kudu tau
pasti berapa harga saat ini dari setiap tujuan keuangan lo, misal untuk dana
pendidikan anak. Cari tau berapa uang pangkal dan uang tahunan sekolah yang
diinginkan. Sebagai info aja, rata-rata kenaikan inflasi pendidikan anak untuk
tingkat PG sampai dengan SMA (terutama
swasta) di Jakarta adalah 20% dan untuk perguruan tinggi sebesar 10%.
4). Profil
risiko (konservatif, netral, agresif).
Ini untuk mengukur kesiapan mental lo
saat investasi. Gampangnya, kira-kira seberapa kencang lo nangis kalo nilai
investasi lo turun? Semakin kencang lo nangis atas setiap penurunan nilai
investasi, maka lo semakin konservatif. High risk, high return. Artinya klo lo
konservatif maka jauh-jauhin produk yang punya risiko tinggi, misalnya saham
karena nilainya fluktuatif. Mungkin lo bisa mulai dengan investasi di pasar
uang, atau bisa juga mulai dengan reksadana pasar uang dan pendapatan tetap.
Tabungan gak
termasuk produk investasi karena tujuan investasi adalah melindung nilai asset dari
inflasi. Sementara untuk produk tabungan, suku bunganya lebih kecil dari
kenaikan inflasi itu sendiri sehingga asset kita malah tergerus disana. Inilah
mengapa, menabung saja tidak cukup untuk pemenuhan tujuan investasi jangka
panjang.
Dengan
mengetahui empat poin diatas maka kita bisa menghitung berapa nilai investasi
yang diperlukan untuk masing-masing tujuan setiap bulan/ tahun kemudian memilih
produk investasi dengan target return tertentu sesuai profil risiko kita.
4.
Disiplin dalam implementasi
Plan cumalah
plan klo gak ada implementasinya. Setuju ya? Artinya sukses tidaknya
perencanaan keuangan yang udah lo buat, sangat tergantung dari kedisiplinan lo
dalam melaksanakan rencana investasi yang udah dibuat.
Ibaratnya lo
pembalap reli, maka rencana keuangan merupakan navigator yang kudu lo dengerin dan
patuhi. Lo bakal nabrak-nabrak atau nyasar kalo gak patuh sehingga akan semakin
lama mencapai garis finis (mencapai tujuan keuangan).
Ok deh,
semoga celotehan gue ini bisa bermanfaat ya buat lo semua. Gue memang bukan
ahli, tapi setidaknya gue punya sedikit pengalaman untuk dibagi.
Cheers!