Selasa, 26 November 2013

Weekend Tanpa Mall : Jejak di Kota Tua


“Ayo pa, ke Central Park…” Joe si bungsu ngerengek nagih jalan ke papa mama yang lagi libur.
“Ke Taman Anggrek aja, Pa !” Bob gak mau kalah kasih suara.
Hmm… Mall lagi mall lagi…  Gue sama suami sepakat, weekend tanpa mall. Kami pun ke Kota Tua. Sebenernya milih weekend tanpa mall kesitu karena kami berdua sama-sama belum pernah kesana, sekaligus ngenalin si duo bejo sama sejarah Jakarta. Tapi gue sih gak ngarep si duo bejo jadi langsung ngerti sejarah ya J
Awalnya si duo bejo cemberut pas baru nyampe. Soalnya suasana sedang terik dan kebetulan sedang ada pemugaran jadi kesannya agak berantakan. Rencana main sepeda pun gue batalin. Buseet panasnya minta ampuunnn, bisa-bisa mereka kapok sama acara weekend tanpa mall lagi.  Kenapa gak ditanemin pohon beringin aja seperti di alun-alun Jogja ya, kan enak biar adem… *mauuunya

Biar gak bête, gue langsung ajak anak-anak kongkow dulu di Café Batavia. Sayangnya live musicnya gak bisa kami nikmati karena baru akan dimulai jam 2 siang. Kafenya asik banget, sofanya yang empuk bisa aja buat njot-njotan si duo bejo tapi kafe ini khusus smoker. Gue bimbing anak-anak ke restonya di lantai 2. Sayangnya gue gak sempet foto dulu bersama puluhan frame foto yang menyambut kami di dinding dekat tangganya, gue sibuk ngejar si duo bejo yang langsung lari-larian milih tempat, gawaatt bisa-bisa nabrakin waitressss !


Bob milih duduk di pojok deket jendela sambil nikmati pemandangan di luar yang sebenernya kurang asik diliat soalnya berantakan, masih dipugar. Tapi itu malah asik buat Bob soalnya dia hobi banget liat-liat bangunan. Dia kan pengen jadi arsitek yang jago bikin gedung bertingkat.  

Semangkuk es campur + segelas lemon tea cukup bikin si duo bejo seger dan semangat lagi. Sebenernya gue masih pengen nunggu live music-nya mulai, tapi takut kelamaan ntar malah bikin si duo bejo bête.

 



Pertama kami ke museum seni, liat-liat koleksi lukisan. Gue seneng si papa selalu punya cerita setiap kami mampir ke objek demi objek lukisan yang terpajang. Hobinya baca sejarah terasa berguna sekarang ini hihihi. Tapi gue sedikit terganggu dengan beberapa lokasi museum yang sedikit kurang bersih, kesannya jadi kurang terawat gitu. Beberapa rak yang memajang koleksi keliatan sedikit dekil. Aroma debu pun kadang ngeganggu indera penciuman gue.

Untung aja si duo bejo tetep happy, mereka main kejar-kejaran di halaman museum yang dulunya adalah gedung pengadilan Belanda yang juga sempat jadi asrama militer ini. Nah, kalo disini suasananya asik, hijau terawat. Pas buat nyantai ngelepas lelah, ada kursi taman yang emang disediakan buat pengunjung. Semilir angin siang itu bikin ngantuk. Fasilitas Musholla dan toiletnya pun bersih. Nah yang ini keliatannya sepele tapi penting banget ! Gue pasti langsung kapok, ogah mampir ke tempat yang fasilitas toiletnya gak ok.



Kami keliling lagi ke beberapa tempat, si papa yang jago sejarah yang jadi guide kami. Gue jadi yakin kalo si papa emang pecinta sejarah soalnya bisa detail nerangin beberapa peninggalan sejarah disana. Bob antusias dengerin cerita papa, Meriam Portugis dan penjara bawah tanah. Bob betah berlama-lama main sama meriam disana.


 

Weekend tanpa mall ini sukses bikin si duo bejo happy. Menjelang  tidur, Bob selalu minta gue bacain kisah bajak laut karena si bajak laut itu punya meriam seperti yang diliatnya di museum. Si duo bejo emang belum nangkep tentang jejak sejarah di Kota Tua tapi dia nangkep bahwa di Jakarta ini masih banyak kok tempat di luar mall sana yang juga asik untuk dikunjungi J
Cheers !!!

Minggu, 24 November 2013

Perempuan dan Uang

Di balik kesuksesan seorang pria, berdiri seorang perempuan hebat di belakangnya.
Kurang lebih demikian kalimat populer yang mungkin sudah biasa kita dengar bukan?
Ya, untuk menjadikan negara Indonesia hebat dan kuat, kita sebagai perempuan dituntut juga untuk semakin cerdas. Bayangkan jika setiap pria di negeri ini memiliki perempuan hebat disisinya dan kemudian dari rahimnya kelak akan lahir para tunas bangsa yang akan meneruskan estafet pembangunan negeri ini. Tunas tersebut sepatutnya dapat tumbuh dengan baik di tangan perempuan atau ibu yang baik.
Mungkin seperti itulah kira-kira pikiran ibu RA Kartini sehingga begitu teguhnya beliau ingin memperjuangkan hak-hak kaum perempuan di Indonesia agar bisa setara kecerdasannya dengan pria.  Kartini sudah membuka gerbang bagi perempuan Indonesia untuk  maju kedepan mensejajarkan hak dengan pria dalam hal kemerdekaan berpikir dan berkarya.
Apa sih hal sederhana yang bisa dilakukan untuk mewujudkan cita-cita Kartini ini ya?
Paling tidak setiap perempuan harus memiliki keahlian dalam mengatur keuangan keluarganya sehingga ia bisa memastikan bahwa keluarganya bisa sejahtera. Keahlian itu dimulai dari mengatur cashflow (bulanan dan tahunan). Cashflow ini harus jelas, seberapa besar penghasilan  dan apa saja pengeluaran harus dihitung dengan seksama. Tidak ada yang namanya “pengeluaran yang tak terduga” karena semestinya ada “dana darurat’” untuk mengatasinya bukan?
Biasanya Cashflow (untuk Pengeluaran bulanan) ini terdiri dari beberapa pos inti sebagai berikut :
  1. Tabungan / investasi
  2. Keperluan Rumah Tangga (biaya listrik,air, telp, belanja bulanan, pembantu, sopir,baby sitter dsb)
  3. Transportasi (tol, parkir, bensin, taksi, ojek, perawatan kendaraan dsb)
  4. Keperluan Sosial (zakat, sedekah, kado, arisan dsb)
  5. Keperluan Anak-anak (spp bulanan, jajan, antar jemput, majalah, les, popok sekali pakai, susu)
  6. Keperluan Pribadi (segala biaya terkait hobi, pulsa hp, belanja tas dsb)
  7. Hutang / Cicilan
Dengan memiliki cashflow bulanan yang jelas, kita bisa memantau bahwa Rasio Keuangan yang sehat adalah bisa menabung/investasi 10% -30% dari penghasilan, hutang (termasuk cicilan) maksimal 30% dari penghasilan, likuiditas minimal 4 kali pengeluaran bulanan.
Nah, dengan kondisi keuangan sehat ditambah dengan tujuan keuangan yang jelas seperti dana pendidikan anak, dana pensiun, dana liburan dan sebagainya, maka kesejahteraan keluarga akan mudah diraih. Sehingga dengan menjamurnya kesejahteraan pada masing-masing keluarga ini dengan sendirinya akan turut mendorong kesejahteraan bangsa Indonesia.

Artikel terkait baca juga disini

Anak dan Uang

Uang merupakan alat tukar (transaksi) yang sah. Uang sangat dekat dengan keseharian kita. Mungkin hampir setiap hari kita selalu berhubungan dengan uang, demikian pula anak-anak. Anak yang sudah mulai mengenal jajan sebaiknya sudah mulai diperkenalkan dengan uang, namun tentunya dengan menggunakan pendekatan yang berbeda tergantung tingkat usianya.
Setelah mengenal uang alangkah baiknya apabila anak mulai diperkenalkan juga kepada perencanaan keuangan agar menjadi cerdas secara finansial. Perencanaan keuangan merupakan suatu proses mengelola uang yang dimiliki secara bijaksana dan disiplin untuk mencapai tujuan tertentu dalam jangka waktu tertentu.
Perencanaan keuangan perlu diterapkan kepada anak sejak dini agar mereka bisa bertanggung jawab atas setiap uang yang telah diberikan kepada mereka. Selain anak bisa menjadi cerdas secara finansial, perencanaan keuangan ini pun dapat membentuk sikap disiplin dan komitmen mereka sejak dini. Perencanaan keuangan pada anak bisa mulai diterapkan ketika mereka sudah pandai berhitung, rata-rata mungkin saat anak memasuki kelas 3 SD.
Mengenalkan perencanaan keuangan pada anak bisa kita mulai dari hal sederhana. Berikut ini beberapa  tahapan dalam mengenalkan perencanaan keuangan kepada anak :

1. Mengelola uang saku
Berikan kesempatan dan kepercayaan kepada anak untuk mengelola uang sakunya. Misalnya, uang saku diberikan setiap seminggu sekali. Hal ini adalah tahap awal anak belajar mengelola uangnya.  Arahkan mereka agar menggunakan uang secara bijak dengan mengutamakan kebutuhan terlebih dahulu dibandingkan dengan keinginannya (needs VS wants). Pastikan jika anak selalu memiliki sisa uang saku yang selanjutnya bisa ditabung.

2. Impian yang realistis
Menetapkan tujuan keuangan adalah hal yang wajib dalam membuat sebuah perencanaan keuangan. Menabung harus memiliki tujuan yang jelas, nanti uang yang terkumpul akan digunakan untuk apa. Dengan demikian anak akan melakukannya dengan senang hati dan dapat merasakan langsung manfaat menabung. Gali terus impian anak, misalnya “Annie ingin punya koleksi barbie yang lengkap? Tiga bulan lagi Annie bisa lho beli barbie lagi… Kumpulkan uangnya dulu yuk !” atau “Ohh tapi Annie juga ingin sepatu roda seperti punya Tasya? Ok, kita kumpulkan uangnya dan beli kedua-duanya !”

3. Ajak berkomitmen dan terapkan disiplin
Rencana hanyalah rencana jika tidak ada realisasinya. Oleh karena itu ajak anak untuk berkomitmen menyisihkan uang sakunya dan disiplin menabung agar uang tabungannya terkumpul dan bisa segera mewujudkan impiannya.
Misal, Annie ingin menambah koleksi barbie-nya seharga Rp 100.000,- dan juga ingin punya sepatu roda seharga Rp 200.000,-. Uang saku Annie per hari adalah Rp 10.000,- maka Annie berkomitmen untuk bisa menabung Rp 3.000,- per harinya. Pastikan Annie disiplin menyisihkan uang sakunya tersebut setiap hari. 

4. Menabung pada celengan” yang berbeda
Menabung merupakan tahap implementasi dalam perencanaan keuangan. Sebaiknya pisahkan tabungan sesuai dengan tujuan masing-masing supaya jelas.
Misalnya celengan ayam untuk tabungan Barbie dan celengan Doraemon untuk tujuan sepatu roda. Setiap hari Annie harus memasukkan Rp 1.000,- ke celengan ayam dan Rp 2.000,- ke celengan Doraemon.  Annie bisa mewujudkan impiannya 100 hari kemudian, yaitu membeli barbie dan juga sepatu roda.

5. Reward
Apabila anak tertib dan berhasil menjalankan setiap perencanaan keuangan yang telah disepakati, sekali-kali berikan reward untuk menambah semangat dan memicu motivasi. Misalnya menambah jumlah uang sakunya.
Menerapkan perencanaan keuangan pada anak tentunya memerlukan waktu agar menjadi kebiasaannya.  Keberhasilannya tentu saja sangat tergantung pada proses implementasi anak dan kesabaran orangtua yang senantiasa mengawasi pelaksanaannya. Tentunya orangtua pun harus memiliki perencanaan keuangan keluarga yang benar-benar diterapkan agar menjadi teladan dan menular pada anak-anaknya.
Semoga dengan membekali perencanaan keuangan pada anak sejak dini, mereka akan menjadi cerdas secara finansial dan bijaksana mengelola keuangannya. Selain itu anak pun akan menghargai uang sebagai alat untuk mencapai tujuan, bukan justru menjadikan uang sebagai tujuan. Mari kita arahkan anak-anak kita untuk memulai kesejahteraannya sejak dini.

Finance should be practical :)

Baca lagi aja disini

Weekend Tanpa Mall : Semangat, Sehat, dan Hemat

Weekend menjadi hari yang sangat berharga, bukan cuma buat anak-anak sekolah tapi juga  buat ibu bekerja seperti gue. Bekerja keseharian meninggalkan dua buah hati yang masih balita tentunya bukan hal mudah namun musti gue jalanin. So, setiap awal pergantian tahun, hal yang pertama kali gue lakuin ketika buka kalender adalah cek tanggal merah, gak jauh beda sama jaman sekolah dulu, semakin banyak tangal kejepit semakin riang hati gue hehehe… Setelah itu tentunya gue sibuk ngatur rencana liburan dan weekend musti ngapain, supaya liburan dan weekend  itu gak mubazir dan bisa gue manfaatin semaksimal mungkin bersama dua buah hati, si duo bejo (Bob si 5 tahun & Joe si 1,5 tahun).

Rencana liburan atau weekend yang sudah-sudah biasanya alternatifnya adalah ke mall, ya karena kebetulan rumah gue dikelilingi mall. Jaraknya sih relatif dekat, pulang pergi naik taksi rata-rata menghabiskan 30ribu aja. Namun yang menyebalkan adalah ketika weekend atau liburan tiba, mall bisa penuh sesak, gak beda dengan pasar sayur. Apalagi jika weekend deketan dengan tanggal gajian! Pengunjung saling berebut antrian lift, nyerobot antrian kasir, saling sewot gara-gara tabrakan stroller, bahkan Bob beberapa kali ditabrak pengunjung dewasa karena mereka lebih fokus dengan ponselnya daripada mengawasi jalanan yang akan dilaluinya. Benar-benar menguras energi  tapi gak kondusif banget untuk mengisi weekend yang seharusnya indah itu. Oleh karena itu gue musti mengubah rencana liburan gue dengan memilih weekend tanpa mall.
Gerakan weekend tanpa mall ini gue lakuin dengan menghabiskan waktu bersama anak-anak di rumah aja. Ternyata banyak hal berkualitas yang bisa kami lakuin bersama di rumah. Nonton film, berkaraoke untuk memperkaya kosakata baby Joe, atau olahraga dan membersihkan rumah bersama. Bob dengan antusias akan ikut sibuk mengatur dekorasi kamarnya sendiri, memilih gambar-gambar koleksi si kereta Thomas di internet, mencetak lalu menggunting dan menempel di dinding kamarnya, membersihkan dan menata boks mainannya. Kami juga bersepeda keliling kompleks lalu bermain bola. Mengiringi kelincahan gerak dan semangat si duo bejo ini pun bikin gue tak hentinya bekeringat. Lumayan kan olahraga gratis? Acara bersih-bersih rumah inipun memberikan manfaat yang besar bagi kami. Paling tidak gue bisa mengenalkan akan pentingnya kebersihan lingkungan bagi si duo bejo dengan cara  yang mereka sukai. Kini setiap weekend Bob tak sabar dan semangat untuk membersihkan akuarium dan berburu koleksi ikan bersama papanya. Di sini pun kesempatan gue dan suami untuk mengenalkan si duo bejo tentang tanggung jawab menjaga binatang peliharaan.
Ternyata pilihan gue untuk ngisi weekend tanpa mall ini selain dapat memupuk ikatan batin gue dengan si duo bejo serta suami, biayanya pun murah meriah, tak perlu keluar ongkos besar seperti halnya jika setiap weekend sebelumnya kami pergi ke mall. Lumayanlah menghemat budget, sementara bugdet ke mall tersebut bisa dipangkas lalu gue alokasikan untuk pos (pengeluaran bulanan) lainnya yang lebih menjadi prioritas.

Namun bolehlah sesekali mengobati kerinduan kami pada mall. Gue punya tips agar hemat dan nyaman berkunjung ke mall berdasarkan pengalaman:

  • Memilih mall yang rute perjalanannya paling lancar (paling minim rawan macetnya) baik ketika perjalanan pulang maupun pergi. Ini bertujuan untuk menghemat ongkos transportasi nantinya.
  • Pergi ke mall pada Sabtu pagi hari jam 9-11 siang karena pada waktu tsb mall relatif masih sepi pengunjung sehingga si duo bejo bisa tetap nyaman. Wahana permainannya pun relatif sepi sehingga aman dan nyaman bagi si duo bejo. Setelah itu acara lunch bisa dilanjutkan di rumah aja yang sudah jelas kebersihan dan ga pake ongkos. Lumayan hemat kan?
  • Ke mall pada pertengahan bulan. Tanggal-tanggal tersebut tergolong dengan tanggal tua maka biasanya toko-toko swalayan memberi potongan harga untuk barang-barang grocery-nya. Lumayan kan bisa hemat lagi?
  • Berhubung kantor gue deketan dengan mall jadi biasanya gue ke mall pada hari Jumat sebulan sekali pada saat jam istirahat bareng teman-teman kantor untuk memenuhi hasrat shopping pribadi. Manfaatnya, berhubung gue gak pinter tawar-menawar jadi gue bisa ngandelin teman yang jago dalam hal ini. Lagi-lagi akhirnya bisa menghemat budget shopping gue kan?

Yak, intinya weekend tanpa mall tetep asyik dan seru. Lebih semangat, sehat dan hemat loh! Kalau pun kangen mall, coba aja ikuti tips2 di atas!

Bisa baca juga disini loh !

Jumat, 22 November 2013

Mengenalkan Hobi Pada Anak (Tak) Harus Mahal

Saya percaya setiap anak terlahir  jenius dan memiliki bakat kreatif. Tugas kita sebagai orangtua adalah mengasah kejeniusan anak dengan menggali idenya dan mengembangkan imajinasinya sehingga dapat membuahkan aneka kreativitas. Hal ini bisa dilakukan dengan mulai mengenalkan hobi pada anak sejak dini.
Mengenalkan hobi pada anak tidak harus dengan biaya mahal. Cukup memancingnya dengan hal sederhana saja. Jika mereka suka pasti akan berkembang dengan sendirinya. Kursus, les ini itu dan sebagainya boleh saja asal orangtua memiliki anggarannya dan sesuai dengan hobi anak, bukan karena atas dasar keinginan Anda pribadi semata.
Berikut ini beberapa tips mengenalkan hobi murah meriah kepada anak:
1.       Membuat jadwal olahraga bersama anggota keluarga
Mengenalkan olahraga sedini mungkin pada anak dapat memupuk kesadaran pentingnya menjaga kebugaran tubuh. Banyak pilihan olahraga yang dapat menjadi hobi murah meriah, misalnya bersepeda, bulutangkis, berenang, senam, dan sebagainya. Biarkan anak memilih sendiri olahraga apa yang paling disukainya. Selain anak dapat menemukan hobinya, jalinan diantara keluarga pun akan semakin erat.
2.       Mengajak anak mengunjungi pameran
Biarkan anak bertanya sepuasnya tentang objek pameran yang sedang dikunjungi. Naluri anak-anak adalah ingin tahu. Apabila tertarik dengan objek pameran yang pernah dikunjunginya biasanya mereka akan penasaran dan terus menggali informasi sehingga dapat merangsang ide kreatifnya dan pada akhirnya tertuang menjadi sebuah hobi.
3.       Melibatkan anak dalam kegiatan rumah tangga
Memasak, mencuci kendaraan, mendekorasi ruangan, merawat taman, merupakan sebagian kecil kegiatan rumah tangga yang cukup menarik perhatian anak. Biarkan mereka terlibat dalam kegiatan ini. Mungkin Anda akan sedikit repot dengan bantuan mereka tapi kepercayaan yang diberikan kepada anak akan menambah rasa percaya dirinya. Ibu mungkin bisa mengenalkan cara merawat tanaman atau Ayah dapat mengajarkan cara merawat kendaraan. Hal sederhana ini selanjutnya bisa saja menjadi pilihan hobi murah meriah bagi anak.
4.       Liburan Keluarga
Anda dapat mengenalkan hobi berlibur pada anak secara murah meriah yaitu dengan melibatkan mereka dalam diskusi rencana liburan keluarga. Ajak anak untuk menentukan tujuan wisata dan cari bersama beberapa tempat wisata. Jika usia anak sudah memungkinkan, mereka dapat diajak berdiskusi dalam pemilihan transportasi dan penginapan yang diinginkan, menghitung anggaran, serta membuat daftar barang yang perlu dipersiapkan saat berlibur.
5.       Acara Keluarga
Selain mempererat hubungan, acara keluarga yang diadakan sederhana tapi rutin merupakan salah satu cara jitu mengenalkan hobi murah meriah kepada anak, misalnya saja karaoke bersama di rumah, bermain musik, bermain scrabble, bermain catur, atau nonton pertandingan bola di TV bersama keluarga di rumah.
6.       Aneka Permainan
Banyak sekali aneka permainan yang dapat menggali hobi anak. Menemani anak bermain, terlibat dengan permainan dan imajinasinya, serta komunikasi yang baik dapat membantu kita dalam mengenalkan hobi murah meriah kepada anak.
Anak-anak adalah manusia yang paling jujur, seharusnya menjadi lebih mudah menggali apa yang menjadi minat mereka. Anda hanya perlu meluangkan waktu yang lebih dalam memperhatikan dan berdiskusi dengan anak serta mengenalkan hal-hal baru kepadanya.
Yuk, mulai mengenalkan hobi sejak dini pada anak untuk memupuk Indonesia yang kreatif :)


Baca disini

Taxi n The Story


Jakarta macet, itu sudah biasa. Yang bikin tidak biasa adalah jika kita tidak siap menghadapinya. Begitu melangkah keluar dari pintu rumah, siapkan apapun yang akan terjadi, mau macet, mau panas, mau hujan terserah yang penting sudah diniatkan. Bismillah…

Hmm tarik nafas panjang. Ternyata memang macet, sialan! Gak papa kan gw nyumpah selama masih sopan (ups emang ada kamusnya?). Lebih nyebelin lagi tiba-tiba suami melipir padahal kan perjalanan ke kantor belum juga ada setengahnya, lalu dengan mesranya bilang,”Lagi mau buru-buru meet nih, gak keburu nganterin sampai kantormu. Naik taksi aja ya?” pengennya sih marah tapi ya berhubung dia sangat pengertian mau kasih ganti rugi alias ongkos ya okelah dada bubay… kebeneran lagi panas-panasan, lumayanlah naik taksi biar bisa ngadem hihihi…

Sempet ngerasa bête pas sudah di dalam taksi baru inget kalo novel gw ketinggalan. Hmm mubazir banget nih waktunya gw jadi nganggur di taksi, padahal lagi penasaran banget sama ceritanya tinggal beberapa bab lagi. Eh tapi iya juga sih, ngapain juga ya dibawa ke kantor, kayak sempet baca aja *tepok jidat

“Bapak ngantuk?” gw panic saat ngeliatin dari kaca spion si sopirnya beberapa kali nguap terus. Waduh horor banget kan klo kenapa-napa di jalan? Gimana nasib anak-anak gw, suami gw, emak gw, kakak gw, adik gw, temen-temen gw, klien gw… *lebay

“Nggak kok bu…” jawab si sopir tergagap. Gw pandanganin bola matanya… oh aman gak berair apalagi memerah,”Klo ngantuk istirahat aja Pak. Bahaya loh, saya sudah punya anak kecil dua orang dan suami saya satu, sodara saya banyak, teman-teman saya juga banyak, belum lagi tetangga saya lebih banyak lagi…” gw nyerocos aja gak karuan. Sementara si sopir cengengesan manggut-manggut,”Nggak bu, saya sudah dapat teguran supaya gak ngantuk selama di jalan.”

Akhirnya tuh sopir curhat deh, kalo suatu hari  (baca : tengah malam)  dapat customer cewek cakeeep banget tapi nangiiis terus selama di taksi. Sampe si sopir bingung. Ditanya mau kemana eh malah nyuruh sopirnya jalan aja terus masuk tol pokoknya jalan aja terus jangan berhenti,”Pokoknya saya sudah puas ngukur jalan bu..” katanya sambil terbatuk-batuk.

Pas sudah hampir klenger tuh sopir ngukur jalan tol, baru tuh cewek nunjukin rumahnya, “Ternyata rumahnya di Joglo padahal kan posisi kami udah lewat Taman Mini.” Si sopir melanjutkan sambil menepok jidatnya sendiri. Akhirnya tuh sopir ngikutin aja tuh cewek stres pulang ke rumahnya. Gw sih masih khusuk dengerin ceritanya.

Setelah sampai di alamat yang dimaksud tuh cewek turun, “Tungguin ya Pak.” Ya pastilah ditungguin, lah argonya mahal !

Terus pas udah hampir setengah jam kok tuh cewek nggak nongol juga ya? Ahhirnya si sopir yang mulai kesel dikerjain tuh cewek keluarlah dari mobil dan mengetuk pintu rumahnya. Si sopir butuh waktu yang lumayan lama nungguin ada orang bukain tuh pintu, padahal dia udah kesel pengen gedor aja.

“Ternyata bapaknya yang nemuin saya, pas denger cerita saya bapaknya kaget gak percaya sampai saya harus bersumpah. Dia sampai ngajak saya masuk ke rumah terus nunjukin photo yang digantung di dinding, saya lihat emang bener itu orangnya yang di photo, saya yakin emang tuh cewek yang naik taksi saya.” Kata si sopir sambil geleng-geleng kepala.

Setelah beberapa menit mereka berdebat, akhirnya tuh bapak ngejelasin kalo anaknya sudah meninggal beberapa hari yang lalu di jalan tol. Tempatnya persis seperti yang mereka lewati tadi. Kemungkinannya karena sopir taksi yang dinaiki tuh cewek ngantuk pas lagi di jalan tol terus nabrak pembatas jalan.

My Facebook