Minggu, 01 Juni 2014

Budak duit? Diiih, amit-amit...


Duit lagi duit lagi. Apa-apa perlu duit. Ya iyalah hari gini gitu loh. Tapi sepakat ya bahwa semua perlu duit tapi bukan berarti semuanya demi duit. Itu dua hal yang sama sekali beda. Duit itu alat untuk mencapai tujuan, bukan sebuah tujuan. Kalau kita menjadikan duit sebagai tujuan, wah wah itu namanya kita udah diperbudak duit.

Berikut adalah tips supaya kita menjadi tuan atas duit kita sendiri :

1.      Tau tujuan keuangan

Tujuan lo apa? Itu kalimat sakti yang sering dilontarin perencana keuangan indepen kita yang cukup popular, siapa lagi kalau bukan Ligwina Hananto. What, belum pernah denger? Wah wah… ternyata lo gak gaul hihihi.

Yup, tujuan lo apa? Semua manusia kudu tau tujuan hidupnya masing-masing kan. Kalo lo udah tau tujuan hidup lo, akan sangat mudah buat lo mencari jalan terdekat untuk mencapai tujuan itu, dengan demikian lo akan semakin cepat meraih tujuan lo. Sederhananya misal lo pengen jalan-jalan. Kalo lo gak tau tujuan mau kemana, lo pasti cuma muter-muter gak jelas gitu, ya udah jalan aja, ngabisin bensin dan duit pastinya. Ujung-ujungnya lo jadi bĂȘte plus uring-uringan.
 
Kalo lo udah jelas punya tujuan apa, lo pasti bakal lebih hepi dan lebih semangat lagi buat nabung/investasi. Tujuan keuangan ini misalnya untuk nikah, liburan, naik haji, beli mobil, beli apartemen, beli rumah, buat dana pension, buat dana pendidikan anak, buat modal bisnis, dsb… suka-suka lo deh !

 
2.      Punya prioritas

Pepatah mengatakan jangan sampai lebih besar pasak daripada tiang. Manusiawi kalau kita punya banyak keinginan (baca : tujuan keuangan) tapi kita kudu sadar seberapa besar kemampuan kita (punya duitnya)?

Pikirin “Needs vs Wants”. Diperlukan kebijakan dan kedewasaan dalam menyaring semua keinginan tersebut. Itulah akhirnya kita mengenal kebutuhan primer, sekunder, dan tersier yang selanjutnya bisa dijadikan patokan prioritas kita.  

Inti dari semua ini adalah jangan sampe lo terbelit hutang gara-gara gak bisa ngatur prioritas kebutuhan hidup lo !
 

3.      Punya perencanaan keuangan

Kalo lo udah tau tujuan lo, pikirin jalan untuk mencapainya. Caranya? Kudu punya perencanaan keuangan.

Dalam memuat rencana keuangan ini ada beberapa info yang diperlukan sbb :

1). Kemampuan investasi.
Ini bisa dilihat dari cashflow bulanan dan tahunan yang lo miliki. Kalo hasilnya masih minus, artinya keuangan lo masih “lebih besar pasak daripada tiang.” Investasi baru bisa dimulai kalo cashflow lo udah sehat. Ibaratnya lomba lari, kalau lo lagi ngalami cidera otot misalnya pasti lo akan kesulitan lari atau malah cidera tambah parah sehingga lo malah gak bisa lari lagi. Makanya lo kudu rawat cidera itu supaya lo bisa kembali lari lagi dengan baik.

2). Kapan jangka waktu tujuan keuangan tersebut ingin dicapai (jangka pendek, menengah, panjang).  
Tujuannya untuk menentukan asumsi target return yang ingin dicapai dan melihat likuiditas produk investasi. Semakin pendek jangka waktu pemakaiannya maka sebaiknya pilih produk investasi yang likuiditasnya tinggi (mudah dicairkan setiap saat).

3). Biaya yang diperlukan saat ini dengan asumsi inflasi tertentu.

Lo kudu tau pasti berapa harga saat ini dari setiap tujuan keuangan lo, misal untuk dana pendidikan anak. Cari tau berapa uang pangkal dan uang tahunan sekolah yang diinginkan. Sebagai info aja, rata-rata kenaikan inflasi pendidikan anak untuk tingkat PG sampai dengan  SMA (terutama swasta) di Jakarta adalah 20% dan untuk perguruan tinggi sebesar 10%.

4). Profil risiko (konservatif, netral, agresif).
 
Ini untuk mengukur kesiapan mental lo saat investasi. Gampangnya, kira-kira seberapa kencang lo nangis kalo nilai investasi lo turun? Semakin kencang lo nangis atas setiap penurunan nilai investasi, maka lo semakin konservatif. High risk, high return. Artinya klo lo konservatif maka jauh-jauhin produk yang punya risiko tinggi, misalnya saham karena nilainya fluktuatif. Mungkin lo bisa mulai dengan investasi di pasar uang, atau bisa juga mulai dengan reksadana pasar uang dan pendapatan tetap.

Tabungan gak termasuk produk investasi karena tujuan investasi adalah melindung nilai asset dari inflasi. Sementara untuk produk tabungan, suku bunganya lebih kecil dari kenaikan inflasi itu sendiri sehingga asset kita malah tergerus disana. Inilah mengapa, menabung saja tidak cukup untuk pemenuhan tujuan investasi jangka panjang.

Dengan mengetahui empat poin diatas maka kita bisa menghitung berapa nilai investasi yang diperlukan untuk masing-masing tujuan setiap bulan/ tahun kemudian memilih produk investasi dengan target return tertentu sesuai profil risiko kita.
 
4.      Disiplin dalam implementasi

Plan cumalah plan klo gak ada implementasinya. Setuju ya? Artinya sukses tidaknya perencanaan keuangan yang udah lo buat, sangat tergantung dari kedisiplinan lo dalam melaksanakan rencana investasi yang udah dibuat.

Ibaratnya lo pembalap reli, maka rencana keuangan merupakan navigator yang kudu lo dengerin dan patuhi. Lo bakal nabrak-nabrak atau nyasar kalo gak patuh sehingga akan semakin lama mencapai garis finis (mencapai tujuan keuangan).

Ok deh, semoga celotehan gue ini bisa bermanfaat ya buat lo semua. Gue memang bukan ahli, tapi setidaknya gue punya sedikit pengalaman untuk dibagi.

Cheers!