Rabu, 14 Mei 2014

Mogok sekolah


Bob males banget belajar nulis, setelah dirayu akhirnya sepakat mau belajar tapi temanya harus tentang binatang. Asiiik... Mama pun semangat memulai belajar.

Mama : PINGUIN
Bob     : Bob, suka pinguin. *Bob memandangi mama sambil tersenyum kecil. Mama : Gimana tulisannya Bob?

Bob     : Apa?? *raut wajahnya sedikit bingung
Mama : PINGUIN, gimana tulisannya? *sambil nyodorin sebuah kertas
Bob tampak tertegun sejenak dengan sebelah alis naik sambil mengetuk-ngetuk ujung pensilnya di ujung kertas, mulai berpikir.
Bob    :
Jadi selama ini mama gak tau gimana tulisan PINGUIN? *wajahnya polooos banget* Mama deh yang belajar duluan, baru ngajarin Bob *kemudian ngeloyor pergi

Gue gak bisa nahan ngakak. Ya itulah penggalan kisah saat proses belajar membaca dan menulis bersama anak gue yang sebentar lagi menginjak usia 7 tahun. Mungkin agak aneh ya, hari gini anak 7 tahun belum bisa baca tulis? Padahal mah di TK aja udah pada khatam kali para muridnya untuk urusan tulis menulis.

FYI, Bob sudah setahun ini duduk di bangku kelas 1 di sebuah SD negeri tapinya cuma masuk sekolah beberapa bulan aja, awalnya sih masih mau masuk meskipun kadang-kadang tapi sekarang udah nggak sama sekali.

Awalnya gue masih maksa dia buat masuk sekolah tapi ada aja jawabannya, "Bob, nggak bisa nulis mama..." katanya dengan mimik sedih. "Ya makanya Bob sekolah, nanti diajarin sama bu guru." kata gue menyemangati, "Nggak ada yang ngajarin tuh ma. Bob malah disuruh nulis sendiri, banyak banget. Bob kan gak ngerti." katanya polos. Gue menarik nafas sejenak, mencoba memahami perasaannya. "Disuruh nulis yang banyak itu biar Bob terlatih nulisnya, biar Bob cepat bisa." jawab gue sambil melirik buku pelajarannya yang memang penuh dengan bacaan. Seingat gue, pas gue SD tuh pelajaran emang baru diajarkan kira-kira pas kelas tiga. Jangankan Bob yang jelas-jelas agak 'alergi' baca tulis, gue aja males ngeliat buku pelajarannya yang keliatan emang sama sekali gak menarik itu.

"Bob, maunya apa?" tanya gue akhirnya. "Bob mau belajar sama mama aja di rumah. Bob gak suka sekolah sama guru." katanya setengah merajuk sambil menghambur manja ke pelukan gue. Jleb... rasanya sebuah godam menghantam dan bersamaan dengan itu ribuan rasa bersalah bersarang tepat ke dada gue yang paling ringkih *ini emang sengaja lebay

Sudah sepatutnya gue memberikan itu tanpa Bob minta terlebih dulu. Bukan sepatutnya gue pasrah nyerahin pendidikan Bob ke guru sekolah atau guru lesnya dan cuma meluangkan waktu paling lama setengah jam setiap malam ketika gue udah pulang kerja. Itupun setelah gue udah ngerasa fresh lagi dan bisa ditebak, pas gue udah siap ngajarin, Bob pun udah dikuasai kantuk.

Sejak saat itu, gue berusaha jalani aja proses belajar mengajar Bob sesantai mungkin, seperti judulnya lagu kotak 'pelan-pelan saja', yang penting dia menikmati dan bisa menyerap proses belajarnya. Gue gak maksa dia masuk sekolah lagi untuk sementara, gue gak mau dia trauma dengan yang namanya sekolah.

Syukurlah, dalam kegiatan menggambarnya Bob malah lebih antusias belajar banyak hal secara tidak langsung. Misalnya aja ketika memilih menggambar bertema kereta api, Bob benar-benar membuat jalur kereta api, rute Tanah Abang - Serpong, lengkap dengan rambu-rambu lalu lintas dan beberapa stasiun. Yang lebih asyik lagi dia makin ceriwis bertanya ini itu, misal fungsi rambu lalu lintas sambil pelan-pelan belajar menulis. Walaupun gue kudu lebih aktif lagi belajar untuk ngasah lagi pengetahuan gue. Hasilnya Bob sudah bisa berkomentar (baca : paham) bahwa seandainya semua pihak mematuhi rambu-rambu lalu lintas, maka tidak akan ada kejadian kereta menabrak sesuatu lagi.


Sebagai ganti dari absennya Bob sekolah, gue pun mendaftarkannya les menggambar. Walaupun gue sering dapat laporan dari miss-nya yang ngajar, Bob gak mau mengikuti subyek pelajaran yang berlangsung tapi dia lebih suka memilih temanya sendiri, misalnya bumi dan antariksa, atau (teteuuup) kereta api dengan jalur keretanya.

Tapi ya sudahlah, itu gak ngurangi kualitas belajarnya kok. Malah gue jadi kepikiran bahwa mungkin dia lebih cocok home schooling aja supaya bisa milih sendiri tema-tema pelajaran yang menarik minatnya sehingga dia gak mudah bosan belajar.

Sekarang Bob kembali bergairah belajar, malah lebih mudah penasaran ingin tau banyak hal, minta dibacakan lebih banyak buku, sambil pelan-pelan belajar nulis dan membaca. Meskipun untuk urusan membaca dan menulis ini masih moody, tapi yaaa sudahlah !

Yang gue gak habis pikir, kapan pemerintah memperhatikan hal ini?  Buat apa sih sibuk membuat kurikulum yang sulit dicerna oleh anak-anak usia sekolah dasar? Siapapun setuju, belum saatnya. Mereka belum siap untuk itu. Gak usah sombonglah pengen dunia pendidikan kita bisa go internasional. Internasional apanya???

Pendidikan dasar adalah pendidikan karakter, pembentukan akhlak.  Buat apa anak-anak ini pintar menghitung dan hapal segala rumus eksakta tapi sama sekali tidak tau bagaimana bersikap santun dan tidak paham apa itu Bhinneka Tunggal Ika dan bagaimana menerapkannya dalam keseharian kita.

Sumpah, miris hati gue membaca berita kasus Renggo, seorang anak SD yang meninggal dianiaya kakak kelas karena menjatuhkan pisang goreng seharga seribu perak, terlebih Renggo udah bersedia gantiin. Akh, kalau gue bahas ini bias panjang. Kalian pasti udah sering baca berita macam beginian juga kan :(

Sains bukan segalanya, tapi akhlak adalah segalanya. Pendidikan formal bukan segalanya, tapi pendidikan moral adalah segalanya.


Have a nice day !!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar